Minggu, 26 Maret 2017

Ini Tantangan Ekonomi Indonesia 2017 Versi Bank Dunia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen | PT Bestprofit Futures
PT Bestprofit Futures

Selain itu, ada pula perubahan yang tidak terduga dalam kebijakan moneter di Amerika Serikat. Risiko lainnya adalah ketidakpastian politik Eropa. Hal ini terkait proses keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa dan ketidakpastian terkait pemilihan umum di beberapa negara Eropa, antara lain di Belanda dan Perancis.Dari dalam negeri, beberapa risiko terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah meningkatnya inflasi di dalam negeri. Bank Dunia memprediksi inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada tahun 2017 menjadi 4,3 persen dari 3,5 persen pada tahun 2016 lalu.

“Karena adanya kenaikan tarif listrik dan pajak kendaraan bermotor. Namun demikian, inflasi diproyeksikan akan menurun pada tahun 2018 oleh karena hilangnya efek kenaikan harga,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.Selain itu, hal lain yang dipandang sebagai risiko terhadap pertumbuhan ekonomi adalah penerimaan fiskal yang lemah. Bank Dunia mencatat, pada tahun 2016 penerimaan dari program amnesti pajak meningkatkan penerimaan secara keseluruhan.“Akan tetapi, penerimaan dari sektor non-amnesti pajak melemah pada tahun 2016,” ungkap Bank Dunia.

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen pada tahun 2017. Pondasi ekonomi yang kuat dan harga komoditas yang lebih tinggi dipandang bakal mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.Meskipun demikian, Bank Dunia memandang masih ada beberapa risiko yang dapat menjadi tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Risiko tersebut berasal baik dari dalam negeri maupun eksternal.

“Ke depan terdapat tantangan dalam jangka pendek. Ada tantangan politik dan kepastian kebijakan,” kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves di Jakarta,Dalam laporan bertajuk Indonesia Economic Quarterly yang dirilis hari ini, Bank Dunia menyatakan beberapa risiko eksternal yang dapat memberikan risiko penurunan atau downside risk yang signifikan antara lain perubahan besar dalam kebijakan perdagangan di antara negara-negara maju.

Mengantisipasi Masuknya Investasi | PT Bestprofit Futures

Kabar bakal masuknya dana investasi asing dalam jumlah besar perlu direspons dengan cermat dan bijak. Pertama, kita berharap agar modal asing benar-benar masuk ke Indonesia dalam jumlah yang lebih besar. Modal asing yang masuk tidak saja untuk investasi langsung, melainkan juga investasi portofolio. Indonesia membutuhkan dana asing dalam jumlah besar guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan.

Kedua, untuk menarik minat investor asing, iklim investasi perlu terus diperbaiki. Pemerintah tidak boleh terlena oleh berbagai puja-puji lembaga keuangan internasional. Yang terpenting bagi Indonesia adalah kenyataan real yang dihadapi. Fakta bahwa Indonesia belum menjadi tujuan utama investasi asing meski negeri ini memiliki sejumlah daya tarik. Indonesia, antara lain, memiliki penduduk usia produktif, 15-65 tahun, cukup besar, yakni sekitar 165 juta atau 70% dari total penduduk.

Mereka acap disebut sebagai bonus demografi karena berada di usia produktif. Di negara maju, penduduk usia di atas 65 tahun cukup banyak karena membaiknya tingkat kesehatan. Mereka umumnya tidak lagi produktif dan lebih konsumtif. Sedang usia 15-65 terus menurun dari tahun ke tahun akibat rendahnya angka kelahiran. Bonus demografi masih akan dinikmati Indonesia hingga tahun 2050 atau sampai 33 tahun yang akan datang.

Penduduk usia produktif tidak otomatis menjadi bonus demografi jika mereka tidak memiliki pendidikan dan keterampilan serta pekerjaan. Tanpa ketiga hal ini, penduduk usia produktif justru menjadi bencana. Pengangguran kaum muda akan meningkat dan pengangguran penduduk usia seperti ini mudah dipicu berbagai isu yang merugikan bangsa dan negara.

Investasi asing tahun ini bakal meningkat lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2016 naik sekitar 8%, tahun ini investasi asing diperkirakan melesat 14%. Kenaikan investasi sebesar ini merupakan salah satu pendongkrak laju pertumbuhan ekonomi tahun ini hingga 5,4%. Ini adalah kabar baik bagi masa depan ekonomi Indonesia yang sejak 2014 bertumbuh di bawah 5,5%.

Sempat bertumbuh 5,02% pada tahun 2014, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,8% tahun 2015. Jatuhnya harga komoditas, krisis fiskal yang mendera negara-negara Eropa, perubahan kebijakan ekonomi AS, dan menurunnya ekonomi RRT memukul perekonomian Indonesia. Pertumbuhan rendah terjadi lagi tahun 2016, yakni hanya 5,02%. Laju pertumbuhan ekonomi yang rendah persis terjadi pada masa pemerintahan Jokowi, presiden RI yang dilantik 20 Oktober 2014.

Ekonomi RI Tak Ikut Arus Pelemahan Global | PT Bestprofit Futures
"Lalu juga ada investasi dan pada waktu-waktu tertentu government spending sebagai bantalan atau meng-counter suatu siklus pertumbuhan ekonomi yang melemah. Dan agar domestic demand terus terjaga, pemerintah terus menjaga konsumsi dari berbagai aspek dan investasi yaitu ease of doing business," tambahnya.Namun demikian, lanjut Sri Mulyani, akibat dari pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tadi, membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih baik kondisi ekonominya, dan mendorong banyaknya masyarakat yang pindah dari desa ke kota atau urbanisasi. Hal ini pun menjadi tantangan.

Pertumbuhan populasi perkotaan Indonesia tumbuh hingga 4,1%. Bahkan China, yang pertumbuhan ekonominya selama 30 tahun meningkat sangat tinggi juga diiringi urbanisasi dengan populasi yang tumbuh sebesar 3,8%. India, ekonominya sekarang di atas 6%, pertumbuhan populasi urban mencapai 3,1%. "Jumlah populasi urban Indonesia saat ini adalah 52% dan diperkirakan akan meningkat 68%," tandasnya.Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir cukup tinggi. Di saat ekonomi global mengalami ketidakpastian dalam kurun waktu yang sama, pertumbuhan ekonomi Indonesia justru bisa tetap tinggi, sebesar 5,6%.

Hal ini tidak terlepas dari peranan populasi penduduk Indonesia yang sangat besar sehingga mampu menopang sumber pertumbuhan dari dalam negeri. Demikian yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam paparannya pada acara Investor Gathering 2017 di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (27/3/2017)."Ini adalah sesuatu yang sangat positif. Pada saat global environment tidak bagus, kita mampu tumbuh dengan population size yang cukup tinggi, maka kita mampu menjaga sumber pertumbuhan ekonomi dari domestik, yaitu dari konsumsi," katanya.

BestProfit 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar